Example floating
Example floating
Sosial Budaya

Lindungi Kampung Adat di Era Moderen

171
×

Lindungi Kampung Adat di Era Moderen

Sebarkan artikel ini
Ketua Pilar Pemuda Tabi Renaldy David Tokoro (Foto: Istimewa)
Example 468x60

Paraparatv.id | Sentani | Adat semakin hari terkikis zaman moderenisasi, dari proses barter tukar menukar hasil kebun. Kini pola hidup alami di kampung mulai hilang zaman yang serba instan, apabila disinggung soal ‘adat’ berarti bicara jati diri warisan turun temurun nenek moyang masyarakat adat itu sendiri.

Zaman dulu, pada umumnya pola hidup alami selalu dilakukan nenek moyang, sesepuh hingga tokoh bahkan anak – anak adat. Membuka kebun-kebun di tanah yang luas, dan dari hasil kebun dapat dinikmati keluarga. Apabila hasil kebun melebihi dari yang dibutuhkan, proses barter menukarkan hasil kebun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti beras, gula, dan lainnya.

Kini, hal itu sudah jarang terlihat. Kecendrungan untuk makan dan minum yang instan di warung dan tanah salah satu anugerah Tuhan, sudah tak dikelola. Bahkan, tak jarang tanah di perjual belikan. Oleh sebab itu Renaldy David Tokoro selaku Ketua Pilar Pemuda Tabi meminta untuk menjaga nilai-nilai adat.

“Nah siapa yang punya tugas untuk menjaga? Ya kita semua anak – anak yang lahir dari adat,” kata Renaldy kepada redaksi paraparatv.id, Minggu (24/1/2021).

Menurutnya, program dari Bupati Jayapura Mathius awoitauw tentang ‘Kampung Adat’ sudah tepat dilakukan. Hal ini dilakukan, lanjutnya karena adat adalah jati diri masyarakat adat dan melalui program kampung adat berarti anak adat dapat memproteksi jati diri.

“Pertama mari kita semua kembalikan jati diri adat, dan juga menjaga wibawa Ondofolo, supaya ekonomi ondofolo sebagai Yo Nakhe (mama dari kampung) untuk memberi makan rakyat jelata, yatim piatu, janda – duda dan kaum duafa,” dikatakan Renaldy

Ia memberi contoh seperti makna dari ‘Holey Narey’ adalah kewajiban sosok Ondofolo untuk perhatikan Miyanale Horofa dalam kampung dan masyarakat. Menurutnya, program kampung adat adalah ide hebat dan jenius, tinggal penjabarannya saja kepada rakyat di kampung sebagai penerima manfaat.

“Bertahun-tahun kondisi dan persoalan adat ini menjadi momok menakutkan, kehadiran kepala kampung pemerintah dengan uang dan jabatannya mengintervensi kewenangan yang melekat di Ondofolo sebagai pemegang otoritas tertinggi di kampung, dimana rakyat, tanah, air, hutan di bawah kendali Ondofolo,” kata Renaldy.

Kini, lanjut Renaldy pergeseran dan perubaha zaman membuat nilai-nilai adat tereduksi atau berkurang. Keberadaan ondofolo secara person juga tadk di dukung dengan ekonomi yang kuat, menurutnya rakyat juga sudah tak jaga dapur Ondofolo.

“Ondofolo juga tak buka kebun kebun rakyat. Akhirnya, ondofolo ikut jual tanah, dan lebih banyak bekerja karena kepentingan komersial,” ujarnya

Ranaldy menegaskan, mulai saat ini masyarakat adat harus mendukung, mengawal dan mensosialisasikan kepada anak adat yang belum paham. Kalaupun ada yang kurang penjabarannya, kesalahan memilih Kepala Kampung Adat, atau ada intervensi yang berlebihan, bahkan ondofolo mengambil uang dan tak digunakan untuk kepentingan rakyat.

“Ini kan bisa di evaluasi, dan dicari jalan keluar bersama untuk solusinya,” tutup Renaldy. Pemerintah sendiri dapat menjadi mitra untuk mengedukasikan persoalan ini, dimana program Kampung Adat ini adalah satu formula yang tepat untuk mengangkat harkat dan martabat adat. (Redaksi)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!