Example floating
Example floating
Uncategorized

FILM DOKUMENTER TONOTWIYAT (HUTAN PEREMPUAN) DIPERSEMBAHKAN UNTUK IRIANA WIDODO

89
×

FILM DOKUMENTER TONOTWIYAT (HUTAN PEREMPUAN) DIPERSEMBAHKAN UNTUK IRIANA WIDODO

Sebarkan artikel ini
TIM KREATOR FILM DOKUMENTER TONOTWIYAT
Example 468x60
TIM KREATOR FILM DOKUMENTER TONOTWIYAT

Paraparatv.id | Jayapura | Lima kreator Jayapura yang menggunakan label produksi Imaji Papua, mempersembahkan film dokumenter Tonotwiyat (Hutan Perempuan) untuk Iriana Joko Widodo.

Produser dan sutradara film dokumenter Tonotwiyat (hutan perempuan) Yulika Anastasia Indrawati mengatakan, alasan dipersembahkannya film dokumenter ini karena melihat kesamaan makna filosofi antara Ton (sebutan hutan dalam bahasa Enggros) dengan figur seorang ibu/ mama.

Hutan adalah mama bagi masyarakat suku Enggros, karena di dalam hutan tersebut menyediakan sumber makanan, yakni kerang, beragam ikan, hingga kayu bakar.

“Hutan perempuan ini secara filosofi dimaknai seperti mama yang memberikan kehidupan dan melindungi mahluk hidup yang ada di dalamnya, sama halnya seperti ibu negara yang melindungi dan mengayomi anak anak bangsa, khususnya kaum perempuan,” katanya.

Menurutnya, film dokumenter yang digarap secara independen ini, berkisah tentang perempuan Enggros yang berupaya untuk mempertahankan kearifan lokal, yakni dengan cara mencari bia/ kerang dan ikan, sesuai dengan tradisi yang diwariskan turun menurun.
“Mereka juga berupaya untuk melestarikan/ melindungi hutan perempuan dari kerusakan lingkungan,” ungkapnya.

Yulika menjelaskan, sama seperti judulnya, hutan perempuan adalah hutan yang hanya boleh dimasuki oleh kaum perempuan dan terlarang bagi kaum pria. Ada sangsi hukum adat bagi pria yang nekat masuk kesana. Letak hutan perempuan di Teluk Yotefa, tepatnya di wilayah Kampung Enggros Kota Jayapura.

“Hutan perempuan adalah ruang privat bagi kaum perempuan yang tidak boleh diganggu, dan harus dilindungi sebab disana “mall kehidupan” bagi kaum perempuan. Sayangnya generasi sekarang, cenderung acuh tak acuh terhadap keberadaan hutan perempuan,” terangnya.

Untuk proses penggarapannya, film dokumenter ini memerlukan waktu lebih dari setahun, dari mulai riset hingga produksi.

“Kalau produksinya kurang dari sebulan, yang lama itu risetnya, karena ini projek idealis, tidak ada sponsor dari manapun. Kami menggunakan dana pribadi dari mulai riset hingga produksi,” jelasnya.

Rencananya film dokumenter ini akan dilaunching dalam waktu dekat, yang diwarnai dengan diskusi film.

Kelima kreator yang menggarap film dokumenter ini terdiri dari, Yulika Anastasia Indrawati, Alfonso Dimara, Robby Seseray, Hermalina Windessy dan Nunung Kusmiaty. (Paraparatv.id)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *