Paraparatv.id |Jayapura|Tak adanya menteri Orang Asli Papua (OAP) dalam susunan kabinet baru di Pemerintahan Jokowi di jilit II kini mendapatkan kecaman keras dari para keder partai Demokrat Provinsi Papua.
Hal ini disampaikan secara tegas oleh Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Provinsi Papua, Ricky Ham Pagawak pada peresmian kantor baru DPD Demokrat Provinsi Papua di Kotaraja lalu.
Menurut Ricky, sumbangsih 93 persen suara dari Papua untuk Presiden Jokowi pada pemilu lalu tidak dihargai sama sekali. Hal ini telihat tidak adanya kader partai Demokrat yang masuk dalam kabinet Jokowi saat ini.
“Saya sangat menyesal dan kecewa dengan keputusan bapak Jokowi ini.Apalagi pada pilpres lalu dia mengaku telah menyumbangkan 100 persen suara dari Kabupaten Mambramo Tengah untuk pasangan Jokowi-Maruf,”ungkap Pagawak.
Kata Pagawak,dibawah kendali bapak Guberbur Lukas Enembe dimana 93 persen suara untuk Jokowi-Maruf otaknya dari Partai Demokrat dan dirinyalah salah satu Bupati dari Partai Demokrat yang memberikan suara rakyatnya di Mamteng 100 persen.
“Jadi kalau saat ini tidak ada kader Demokrat masuk dalam kebinet Jokowi-Maruf,maka kami sangat kecewa kepada pak Jokowi serta Ketua Umum PDIP,Magawati,”tegas Pagawak.
Sementara itu hal senada disampaikan Sekretaris DPD Demokrat Papua,Carolus Bolly bahwa dirinya merasa kurang pas tidak adanya Orang Asli Papua (OAP) dalam susunan cabinet baru pak Jokowi-Maruf saat ini.
“Ini adalah salah satu peringatan keras kepada bapak Presiden dan tentu ini suatu pukulan telak bagi rakyat Papua tentunya karena tidak mengakomodir OAP dalam cabinet barunya tersebut,”ucap Carolus.
Lanjut Carolus,tentu ini sejarah yang buruk dilakukan oleh pak Jokowi terhadap Papua kali ini.Oleh karena itu Demokrat Papua meminta jawaban Presiden apa alasannya tidak adanya Orang Asli Papua (OAP) dalam susunan cabinet yang baru saat ini.
“Jangan menyebut bahwa ada sudara kita yang satu (Bahlil Lahadia) sudah mewakili representase Orang Asli Papua tentu sangat tidak.Pasalnya orang Papua sendiri tau persis siapa itu Orang Asli Papua (OPA) yang sesunguhnya,”tutup Carolus. **(Hans Palen).