Paraparatv.id | Sentani | Pesawat terbang milik Maskapai Semuwa Aviasi Mandiri (SAM Air) dengan kode registrasi PK-SMS yang mengalami insiden di Lapangan Terbang (lapter) Beoga, Papua Tengah, pada 23 Januari lalu, telah tiba kembali di Bandara Sentani Jayapura, Senin (30/1/2023).
Sesaat setelah mendarat, pesawat terbang jenis Twin Otter seri DHC-6/300 buatan Canada itu langsung dibawa menuju hanggar Base Ops Lanud Silas Papare untuk dilakukan perbaikan menyeluruh.
Pesawat PK-SMS turut membawa empat kru tehnik yang terdiri dari CI, Maintenance Manager, Enginer dan Repaire setelah sebelumnya melakukan perbaikan di Bandara Beoga.
Base Manager SAM Air Shakti Indraswara saat kami temui, menjelaskan belum bisa memastikan berapa lama perbaikan akan berlangsung.
“Kita belum bisa memastikan karena tergantung dari tim tekniknya, tapi kalau melihat dari kondisi pesawat tadi, perbaikan sepertinya tidak akan lama,” ungkap Shakti Indraswara, Senin (30/1) siang.
Pria yang akrab disapa Indra ini mengungkapkan, kerusakan serius PK-SMS terdapat di bagian Wing Keep dan harus diganti.
“Jadi perbaikan sementara Wing Keep ini meminjam sementara milik maskapai lain, nanti setelah kita benahi di hanggar baru akan diganti. Kalau tidak ada masalah serius yang lain, mungkin dalam waktu tiga hari sudah selesai,” ujarnya.
Indra menambahkan, status di Lapter Beoga bersifat Service server, yaitu untuk memeriksa dan memastikan kondisi pesawat setelah insiden itu.
“Jadi setelah pemeriksaan, kemungkinan actuatornya yang diganti, dan kami sudah siapkan sparepartnya. Kemudian akan dilakukan perbaikan lain jika ditemukam kerusakan-kerusakan lainnya,” kata Indra.
“Tapi setelah dilakukan pemeriksaan di Beoga sampai dengan diterbangkan kembali ke Sentani, alhamdulillah tidak ada kerusakan lainnya, kecuali yang harus diganti nanti wing keepnya,” tambahnya lagi.
Ia menjelaskan saat beroperasi pada 23 Januari lalu, pesawat PK-SMS sudah dinyatakan layak terbang.
Masih kata Indra, kejadian ini merupakan musibah yang bisa menimpa siapa saja akibat faktor perubahan cuaca yang sering berubah dengan sangat cepat.
“Selain itu, di wilayah Pegunungan Papua sering berkabut dan rata-rata memiliki hembusan angin yang cukup kencang, sehingga sering menyulitkan saat pilot akan melakukan landing,” ujarnya.
Faktor alam, kata Indra, masih menjadi penyebab dominan terkait kejadian beberapa insiden penerbangan di Wilayah Pegunungan Papua, sehingga ia berharap kru SAM Air selalu meningkatkan kehati-hatian dan safety saat bertugas.
Sementara, terkait penyelidikan yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hasilnya belum diperoleh, karena tim KNKT baru kembali ke Jakarta untuk merampungkan hasil investigasi selama di Beoga.
“CVR (Cockpit Voice Recorder) dari pesawat juga baru didownload dan dibawa ke Jakarta, jadi kita masih menunggu juga hasilnya,” pungkasnya. (RZR)