Example floating
Example floating
BERITA

Tantangan Keluarga Kristen Di Era Milenial

505
×

Tantangan Keluarga Kristen Di Era Milenial

Sebarkan artikel ini
Kaum Ibu dari 17 Jemaat Klasis Konda Wilayah Toli sedang megikuti kegiatan seminar dengan tema Keluarga Kristen di Aula GIDI Karubaga Rabu,29/07/2020 kemarin.
Example 468x60

Laporan : Redaksi / Diskominfo Tolikara

Paraparatv.id  | Karubaga | Keluarga adalah wadah/kelompok terkecil yang membangun sebuah masyarakat, namun keluarga juga mengalami tantangan yang paling besar seiring dengan perkembangan zaman di era milenial ini. Angka kasus perceraian dan rumah tangga dengan orang tua tunggal terus meningkat. Kondisi ini semakin nyata dihampir  semua daerah baik di kota-kota besar maupun didaerah pelosok pedesaan. 

Hal tersebut ditegaskan Ketua Wilayah Toli Gereja GIDI Pendeta Marthen Jingga, STh dalam pemamparan materi Seminar Kaum Ibu Gereja GIDI Klasis Konda yang digelar di Aula GIDI Karubaga, Rabu, 29 Juli 2020.

Menurutnya,  peningkatan angka perceraian berujung pada meningkatnya jumlah orang tua tunggal,berdampak pada generasi penerus (anak-anak).

Hilangnya figur ayah atau ibu pada anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal akan mempengaruhi perkembangan kepribadian dan psikologis anak.

Situasi ini menjadi tantangan semakin besar di dalam keluarga Kristen. Karena selain pergumulan untuk menjaga keutuhan dan keintiman, keluarga Kristen juga menghadapi tantangan untuk tetap menjaga nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan di tengah perubahan budaya dan gaya hidup modern saat ini. Kuatnya arus perubahan budaya dan gaya hidup ini tanpa terasa mulai mengguncang nilai-nilai dan tujuan keluarga yang ditetapkan Allah pada mulanya. 

“Pandangan relativisme yang berkembang di masyarakat modern akhir-akhir ini, secara perlahan mulai masuk ke dalam keluarga. Pandangan ini mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada hal yang absolut, termasuk nilai kebenaran Firman Tuhan. Hal ini menjadi ancaman serius terhadap iman Kristen, terutama pada keluarga-keluarga Kristen”. Ujar Ketua Wilayah Pendeta Marthen jingga

Dikatakannya meningkatnya angka perceraian tinggi akhir-akhir ini,akibat keputusan untuk berpisah/bercerai mulai menjadi opsi yang dianggap terbaik, bahkan tidak jarang mendapatkan dukungan. Komitmen di dalam janji nikah bukan lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral, tapi lebih kepada seremonial. Itu sebabnya ketika Yesus mengatakan, “Apa yang dipersatukan Allah, tidak dapat dipisahkan oleh manusia,” bukanlah suatu perintah yang tanpa alasan.

Sebagai orang percaya, kita harus selalu mengingat komitmen yang kita ucapkan di dalam janji nikah kita. Ini adalah sebuah komitmen yang mengandung perjanjian yang kudus. Sadarilah bahwa pasangan kita adalah manusia biasa yang juga memiliki keterbatasan dalam hal-hal tertentu, dan seringkali keterbatasannya itu membuatnya gagal untuk mengatasi tekanan-tekanan yang dihadapinya.

“Di zaman modern ini, kita seakan-akan digiring kepada kehidupan yang serba meteriaslistik. Hal ini sangat berbahaya bagi keluarga-keluarga Kristen. Mungkin orang Tua hanya ingin memberikan kepada anak-anak mereka sesuatu yang mampu mereka berikan. Tetapi ketika hal ini mulai menjadi tidak terkendali, maka secara perlahan akan dapat menggeser fokus keluarga yang tadinya tertuju kepada Allah menjadi kepada materi,” Kata Pendeta Marthen Jingga.

Ditegaskannya Firman Tuhan mengajarkan kita untuk memberi. Ini bukanlah sebuah pilihan, tetapi sebuah perintah yang harus dijalani oleh setiap orang percaya. Ajarkan anak-anak untuk mengembalikan perpuluhan mereka sejak dini. Jangan lihat jumlahnya yang mungkin terasa tidak seberapa, tetapi efek dari mengembalikan perpuluhan ini akan membentuk kebiasaan memberi pada diri anak-anak kita.

“Kita sebagai orang tua,membiasakan Keluarga kita untuk memberi. Saat anak kita mengalami sukacita dalam memberi, maka kita sudah membebaskan anak kita dari cengkeraman materialis”. Pinta Ketua Wilayah Pendeta Marthen jingga

Ketua Wilayah Toli Gereja GIDI Pendeta Marthen jingga,STh berharap kepada Keluarga Kristen untuk selalu hidup melekat kepada Tuhan, Sang Pokok Anggur itu, agar keluarga kita dapat menjadi keluarga yang tumbuh dengan baik dalam kebenaran Firman Tuhan serta menghasilkan buah. Kita perlu memiliki kerelaan untuk dibentuk dan dibersihkan oleh Tuhan sebagai sebuah keluarga. Mungkin ada hal-hal yang selama ini perlu kita buang dari hidup kita, atau sebaliknya, bisa juga ada hal-hal yang justru perlu kita bangun dan kembangkan di dalam diri kita agar kehidupan pernikahan dan keluarga kita semakin kuat berakar di dalam kebenaran Firman Tuhan.

“Keluarga Kristen dituntut bukan hanya untuk memiliki standar yang berbeda dengan dunia, tetapi lebih daripada itu, keluarga Kristen dituntut untuk memiliki standar yang lebih tinggi, yaitu standar kebenaran Allah. Menerapkan prinsip-prinsip Firman Allah di dalam keluarga akan menolong kita untuk menghadapi tantangan-tantangan di era milenial ini. Ingatlah bahwa Allah ingin kita hidup bahagia dan juga memiliki keluarga yang bahagia,”  cetus Pendeta Marthen Jingga. 

Apabila sebuah keluarga sudah menikah dalam aturan pemerintah tetapi belum dilakukan pemberkatan dari pendeta harus dilakukan pemberkatan oleh pendeta. Saat ini orang menambah istri lebih dari satu cukup banyak,Tuhan Yesus mengajarkan setiap orang hanya  bisa beristri satu. Jika ditemukan orang beristri lebih dari satu maka istri kedua harus lepas karena membangun keluarga Allah hanya dengan satu istri. **

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *