Selain memiliki keindahan alam yang mempesona, Danau Sentani juga menyimpan suatu tradisi yang sangat sakral.
Catatan : Melkior Wamblolo/Arie Bagus Poernomo
SUASANA kampung Yoka pagi itu tampak sunyi-sepi. Tidak terlihat satupun warga dari kampung yang berada di tepian Danau Sentani itu beraktivitas.
Kesunyian ini terjadi karena masyarakat di kampung itu tengah menjalankan suatu tradisi kuno yang berasal dari masyarakat adat Sentani.
Rokhabia namanya, konon, tradisi ini hanya akan dilakukan apabila ada seorang tetua adat ataupun Ondofolo yang meninggal.
Tujuannya adalah untuk memberikan penghormatan dan juga penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan oleh Ondofolo.
Biasanya tradisi ini dilakukan 2 minggu sepeninggal mangkatnya seorang Ondofolo.
Sembilan belas hari sudah Ondofolo Kampung Yoka, Titus Mebri berpulang, setelah semua prosesi adat dan pemakaman dilakukan tiba saatnya Rokhabia dilakukan.
Kesunyian yang terjadi sejak pagi itu mendadak pecah, suara tifa dan nyanyian pun begema dari setiap sudut kampung.
Yules Olua, salah satu masyakat adat Sentani yang bermukim di Kampung Yoka menjelaskan, saat Rokhabia dilaksanakan maka masyarakat disuatu kampung akan melakukan penjarahan di rumah almarhum ondofolo yang telah berpulang.
“Yang mana semua harta benda yang dikumpulkan selama almarhum hidup akan dijarah sampail habis” katanya.
Setelah seluruh harta benda milik almarhum ondofolo itu dijarah habis, maka istrinya diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan kembali melakukan aktivitas seperti biasa.
“Ini adalah proses yang sangat sakral dan berlangsung sesuai dengan situasi dan kondisi,
acara ini tidak ada yg halangi di pinggir jalan,semua mahluk hidup dan benda mati, Milik ROHKHABIA.
hubungan persaudaraan antara kampung”
Hasil jarahan itu akan di bawah ke Kampung tempat Rokhabia, datang. Dan setelah ituu, secara Adat semua proses sudah di lewati,Dan Kam pung Yoka bisa memilih kembali Pangganti, Ondofolo Yoka Titus.Moy Moy Mebri. (***)