Paraparatv.id | Jayapura | Percepatan penurunan angka stunting diperlukan adanya optimalisasi sumber daya dan konvergensi lintas sektor. Menyambut upaya itu, butuh pemahaman beberapa indikator yang mempengaruhi gerakan atau program yang telah ditetapkan berdasar Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2021.
“Ada beberapa indikator di dalam Bangga Kencana yang sebetulnya secara langsung maupun tidak itu bisa ikut menurunkan angka stunting.” Kata Dwi Listyawardani kepada wartawan usai ikuti pembukaan Rakerda perwakilan BKKBN Papua. Rabu (30/3/2022)
Pertama, disebutkan Listya, pengaturan jarak tahun kelahiran anak. Dengan merencanakan waktu kehamilan sang ibu secara proporsional akan berdampak pada kualitas anak yang dilahirkan.
“Ini sangat penting ya pengaturan kelahiran misalnya merencanakan kapan hamil, jarak kelahiran, kapan mengakhiri hamil itu sangat berkaitan dengan kualitas anak yang dilahirkan.” Ujarnya.
Untuk maksud itu, dengan program KB (Keluarga Berencana) adalah cara yang tepat karena menurut Listya, manakala program KB dipakai dan berhasil secara langsung kasus stunting dapat terkendali.
“Kaitan yang paling erat di situ ya, contohnya gitu. Belum lagi yang bukan KB misalnya tentang pengasuhan balita. Di program pembangunan keluarga ada pengasuhan tumbuh kembang anak balita.” Sebutnya.
Pola pengasuhan yang baik dengan mencermati pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan sang anak balita juga dapat berpengaruh menurunkan stunting.
“Ada kegiatan yang namanya bina keluarga balita, posyandu, paud, nah itu kalau dilakukan betul-betul itu juga bisa menurunkan stunting.” pesannya.
Ketika ditanya tentang sasaran prioritas, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Pusat ini menyebut sasaran prioritas saat ini yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan periode emas tumbuh kembang baduta dan balita.
Di Bangga Kencana juga, kata Lystia dari dulu sudah melakukan hal itu untuk program persiapan kehidupan berkeluarga, mempersiapkan calon pengantin agar betul-betul dapat merencanakan kehidupannya.
Kemudian perawatan terhadap ibu hamil, harus ada minimal delapan kali diperiksa perkembangan janin dalam tubuh ibu supaya kandungan dan anak yang dikandung juga sehat.
Dilanjutkan, setelah lahir, ibu menyusui, ASI ekslusif selama enam bulan harus sukses, setalahnya juga harus ada makanan pendamping ASI.
“Karena masa golden age (periode emas) itu sampai usia dua tahun tumbuh kembang anak balita, jadi kalau sudah lewat dua tahun sudah susah dikoreksi, telat istilahnya ya.” Ucapnya.
“Jadi golden age seribu hari maksudnya sembilan bulan dikandungan, 24 bulan setelah lahir, inilah masa-masa emas yang mana menjadi titik kritis mencegah anak-anak agar terbebas dari stunting.” Tandasnya.
Dengan demikian, Listya menyimpulkan program Bangga Kencana apabila dilaksanakan secara terpadu dan kontinu tersebut di atas, maka stunting dapat dieliminasi. (AY)