Paraparatv.id | Jayapura | Perjuangan bertahan hidup seorang ODHA (orang dengan HIV AIDS) ditengah kehidupan masyarakat, membutuhkan dukungan semangat hidup dari orang sekitar bahkan pemerintah. Inilah semangat Rofina Rahangmetan dari Papua kepada odha di luar sana.
Rofina Rahangmetan yang positif virus imunodefisiensi manusia atau Human Immunodeficiency Virus (HIV) di bulan Agustus 2018 silam, mengaku sejak terpapar virus tersebut, ia tak mempunyai semangat hidup dan selalu menjadi bahan cerita orang sekitar.
“Saya berterima kasih ada dukungan orang tua saya, komunitas Yapen Bangkit Peduli HIV AIDS (Yabhapa) kepada saya dan teman-teman odha di Papua, untuk menyemangati saya tuk berjuang hidup,” kata Fina sapaan akrabnya kepada paraparatv dari ujung selulernya, Rabu (1/12/2021).
Dirinya yang terus berjuang hidup di Kota Kembang Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen ini berpesan ke semua odha di belahan bumi, jangan berputus asa dari penyakit yang didapat.
“Tetap semangat, jangan putus harapan. Ingat, HIV bukan akhir dari segalanya. Tetap minum obat ARV,” ujarnya.
Dan ia meminta pemerintah daerah tak memandang sebelah mata dengan adanya odha di satu wilayah maupun daerah. Fina pun berharap ada lapangan pekerjaan khusus bagi odha di setiap daerah.
“Jangan kecilkan kami, kami butuh pekerjaan untuk masa depan kami dan tetap rangkul kami selayaknya manusia sehat lainnya,” kata Fina.
Sebelumnya Gubernur Papua, Lukas Enembe menandatangani pakta integritas tentang komitmen memutus mata rantai penyebaran virus HIV AIDS, dan meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bumi Cenderawasih tuk berikan pencerahan ke setiap orang agar tak berkembangnya diskriminasi dan kekerasan sosial, terhadap odha.
“Saya dan saudara-saudara semua punya tanggung jawab yang sama untuk memberikan rasa nyaman bagi teman-teman kita yang terjangkit penyakit HIV AIDS,” kata Lukas Enembe.
Setiap hari, dikatakan Lukas, mereka berjuang untuk menemukan sembuh dan pulih dari penyakit tersebut. “Tapi perjalanan mereka terkadang menjadi sulit oleh karena stigma negatif yang masih besar di tengah-tengah masyarakat kita,” kata Lukas.
Ia kembali menegaskan, jangan menjadi abdi negara yang hanya siap bertugas untuk sebuah seremoni, melainkan bergerak dan ciptakanlah sesuatu yang dapat membantu Provinsi Papua dalam penanggulangan HIV AIDS.
“Komitmen kita dalam memutus mata rantai penyebaran virus HIV AIDS di Tanah Papua dengan target di Tahun 2030 nanti kita sudah terbebas dari ancaman virus ini,” kata Lukas.
Dari data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Agustus 2020 lalu terdapat lima provinsi dengan kasus AIDS terbanyak masing-masing Papua sebanyak 23.629 kasus, Jawa Timur 21.016 kasus, Jawa Tengah 12.565 kasus, DKI Jakarta 10.672 kasus dan Bali sebanyak 8.548 kasus.
Sementara, lima provinsi dengan kasus HIV terbanyak ditempati DKI Jakarta sebanyak 68.119 kasus, Jawa Timur 60.417 kasus, Jawa Barat 43.174 kasus, Papua 37.662 kasus dan Jawa Tengah sebanyak 36.262 kasus. (ith)