Paraparatv.id | Sorong | Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas III Sorong menerbitkan informasi aktivitas gempa bumi terjadi sebanyak 18 kejadian di wilayah Papua Barat selama periode 30 September sampai dengan 6 Oktober 2022.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Sorong Dedy Irjayanto menyampaikan telah terjadi aktivitas gempa bumi sebanyak 18 kejadian pada periode tersebut.
Data persebaran gempa (seismisitas), diungkapkan Dedy meliputi daerah Sorong, Tambraw, Manokwari, Fak-Fak, Ransiki, dan Kaimana.
“Ditinjau dari kedalaman kejadian gempa bumi, terjadi 18 kejadian dengan kedalaman dangkal,” papar Dedy saat dikonfirmasi Paraparatv di Sorong. Jumat, (7/10).
Dedy merincikan kedalaman dangkal yang dimaksud yaitu terhitung dari jarak 0 hingga 60 kilometer.
Berdasarkan data seismisitas yang dianalisis, menurut Dedy, kekuatan gempa bumi yang terpancar cukup bervariasi.
“Mulai dengan kekuatan magnitudo 1,9 atau lebih kecil dari 4,9 magnitudo,” paparnya.
Sementara gelombang seismik berkekuatan menengah pada periode yang sama, disebutkan Dedy cenderung dominan, tercatat ada sebanyak delapan kejadian dengan kekuatan 3 magnitudo atau lebih besar hingga 5 magnitudo.
Ukuran gelombang tersebut, menurut Dedy masih relatif aman, “tidak terdapat aktifitas gempa bumi yang dirasakan,” ringkas dia.
Walakin, ada sepuluh daerah dengan kondisi tektonik yang aktif. Sehingga berimplikasi terjadinya gempa bumi.
Berdasarkan pembagian daerah tektonik, Dedy menjelaskan urutan teratas kejadian gempa bumi paling sering aktif, yaitu wilayah zona sesar (patahan) Yapen dengan jumlah 4 kali kejadian.
Zona sesar aktif berikutnya disusul wilayah sesar Sorong, sabuk sesar dan lipatan Lengguru dengan jumlah 3 kali kejadian.
Sementara, wilayah palung (trough) Aru dan sabuk lipatan Seram terdata 2 kali kejadian.
Wilayah palung Manokwari, sabuk lipatan Teminabuan, sesar Tarera-Aiduna dan sesar Koor tercatat 1 kali kejadian. Untuk wilayah sesar Anjak Weyland tidak menunjukan aktivitas gempa bumi. (AY)