Example floating
Example floating
Pendidikan

Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial Bagi anak di Pasca Pandemic

132
×

Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial Bagi anak di Pasca Pandemic

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Paraparatv.id |Jayapura | Dalam rangka upaya perlindungan anak secara tepat, komprehensif dan integratif, Yayasan Noken Papua (Yakenpa) bermitra dengan Unicef Papua kembali menggelar sosialisasi pelayanan terpadu kepada anak untuk masyarakat umum di Provinsi Papua, tema yang diangkat Indonesia Pulih Anak Papua Terlindungi dengan materi dukungan kesehatan mental dan psikososial bagi anak di pasca pandemic.

Talkshow menghadirkan dua nara sumber, Widya Iswara Koordinator Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Balai Besar Pendidikan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI), Burhanudin, S.ThI, MA dan Sekretaris Forum Anak Papua, Renaldi Bryan Bekti Yepese, acara talkshow berlangsung di Radio Bahana Sangkakala 92,5 FM, Kampung Buton Skyline, Senin(29/8).

Anak merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh. Masa depan
bangsa berada di tangan anak saat ini. Semakin baik kualitas anak saat ini maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.

Burhanudin menjelaskan bahwa kesehatan mental anak bukan hal yang bisa diabaikan perlu adanya perhatian lebih terhadap permasalahan kesehatan mental anak.

“Salah satunya dengan kita melihat memberi lebih peduli kepada anak-anak, ada perubahan perilaku apa yang terjadi pada mereka perubahan mood, sikap, perubahan yang layaknya anak harus ceria, bermain dan seterusnya termasuk dimasa pandemi ini anak-anak sekarang lebih familiar dengan gadget atau kecanduan gadget”ujarnya.

“Apabila sudah ditahap kecanduan sampai anak anak mungkin lupa makan, lupa belajar, lupa ibadah dan jangan sampai lupa orang tua, yang dia ingat hanya teman-teman online saja itu salah satu indikasi dari kesehatan mental yang terganggu tidak stabil”ucap Burhan.

Anak butuh sosialisasi yang real, berbeda sosialisasi dengan berbicara tatap muka langsung ini sosialisasi dengan fasilitasi online meskipun sama-sama sosialisasi tetapi sifatnya berbeda ketika pada tahap kecanduan, anak akan mengalami perubahan perilaku, sehingga fungsi sosial sebagai anak ini terganggu mungkin dilihat dari semangat belajarnya termasuk nilai-nilainya dan hubungan dengan guru dan teman temannya, suatu saat apabila anak mempunyai masalah anak tidak bisa mengontrol dirinya.

“Jadi istilahnya anak dipaksa untuk terekspose hal-hal yang belum pada saatnya, paling tidak yang ingin kita dorong adalah mari kita sama-sama lebih peduli pada anak-anak kita, bukan hanya mencukupi kebutuhan fisiknya saja lalu kita anggap sudah selesai tugas orang tua, tugas dewasa tapi kita juga harus memenuhi kebutuhan mentalnya, kebutuhan spiritualnya dan kebutuhan sikososialnya”pungkasnya.

Apabila anak-anak mengalami masalah jangan didiamkan mari kita sama-sama carikan solusinya, dari pihak kementerian sosial disana ada pekerja sosial untuk kabupaten/kota silahkan datang, kerahasiaan informasi akan dijaga karena itu bagian dari etika kita sebagai pekerja profesional.

“Tolong apa bila ada masalah jangan gampang diungkap atau ditulis di sosmed, nantinya bukan mendapat jawaban malah mendapat bully dan seterusnya sosmed bukan untuk tempat curhat yang tepat”ucap Burhan.

Renaldi Bryan Bekti Yepese menyampaikan stop kekerasan terhadap anak mulai sekarang dan seterusnya “kekerasan terhadap anak itu sangat berbahaya, karena anak adalah penerus bangsa, kalau bukan anak yang meneruskan generasi sekarang ini siapa lagi nantinya”ungkap Renaldi. (SIL)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!