Example floating
Example floating
Peristiwa

Menelusuri Geliat Prostitusi di Kota Sentani

2055
×

Menelusuri Geliat Prostitusi di Kota Sentani

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Prostitusi online
Example 468x60

Pasca ditutupnya lokalisasi Tanjung Elmo pada tahun 2015 lalu, banyak pramuria dari tempat tersebut dipulangkan ke daerah asalnya, namum tak sedikit juga yang memilih bertahan di Kota Sentani dan sekitarnya untuk terus memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan melakoni pekerjaannya sebagai pramuria.

Catatan : Arie Bagus Poernomo

USAI meneguk 3 sloki anggur merah secara berturut-turut, Nia (37) (bukan nama sebenarnya) langsung pergi meninggalkan kami yang tengah duduk bersama di salah satu kos-kosan yang ada disekitaran Pasar Lama Sentani, Kabupaten Jayapura.

Kata Via (39) (juga bukan nama sebenarnya), rekannya itu sedang ada orderan sehingga ia terpaksa harus meninggalkan kami.

Nia dan Via merupakan mantan pramuria dari Lokalisasi Tanjung Elmo yang ditutup oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, Kofifah Indar Parawansa pada 17 Agustus 2015.

Mereka berdua memilih untuk tetap tinggal di Jayapura karena saat itu tidak tahu hal apa lagi yang bisa mereka kerjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di kampung halaman.

Saat menutup Lokalisasi Tanjung Elmo yang merupakan salah satu lokalisasi terbesar di Papua kala itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura memang memberikan kompensasi kepada para pramuria dan kepada pemilik wisma yang ada disana.

Hanya saja, menurut Nia apa yang ia terima saat itu tidaklah sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh pemerintah setempat.

“Kurang lebih ada 130 orang, janjinya kita akan dikasih uang Rp. 10.000.000 per orang, tapi nyatanya kita hanya terima Rp. 3.200.000 saja per orang. Ya memang ada teman-teman lain yang dapat Rp. 10.000.000 per orang tapi itu hanya beberapa saja. Tidak semua, malah ada yang dapat cuma Rp. 2.000.000 saja” ungkapnya.

Via masuk dan bekerja sebagai pramuria di salah satu wisma yang ada di tempat tersebut pada akhir tahun 2013. Kurang lebih setahun bekerja disana, kata dia lokalisasi tersebut ditutup tanpa alasan yang jelas.

Dilansir dari Liputan6.com, keputusan untuk menutup lokalisasi itu tertuang dalam  Surat Edaran Keputusan Bupati Jayapura Nomor Peraturan Bupati 188-4/222 tahun 2015 tentang Larangan Melakukan Aktivitas Prostitusi yang ditandatangani Bupati Jayapura Mathius Awoitauw tertanggal 8 Juni 2015.

Tujuan dari diterbitkan surat edaran itu adalah untuk mewujudkan Kabupaten Jayapura sebagai pintu masuk ke Tanah Papua yang bermatabat dan bermoral.

Setelah seluruh wisma yang ada di sana di bongkar dan secara resmi lokalisasi itu ditutup, kata Via, dia dan beberapa rekannya memilih untuk tetap tinggal di Jayapura.

“Habis di tutup kita yang bertahan di Jayapura masuk kerja di panti pijat, ada yang di Sentani ada juga yang pindah ke daerah Waena dan Entrop, makanya waktu itu banyak panti pijat baru yang buka. Tapi sekarang saya dan beberapa teman suidah tidak lagi kerja di panti pijat”.

“Sekarang untuk cari tamu kita pakai aplikasi, jadi untuk terima orderan kita online di Michat tinggal tulis status open BO saja orang-orang sudah mengerti” tambahnya.

Untuk tarif kencan juga bervariatif, “kita biasa pasang tariff Rp. 600.000 per sekali kencan tapi kalau ditawar Rp. 500.000 atau Rp.450.000 kita gas, ya disini juga terkadang kita dipanggil ke hotel” ungkapnya.

Ada juga Ria (bukan nama sebenarnya) wanita yang pada bulan Oktober nanti akan genap berusia 27 tahun ini bukanlah alumni dari Lokalisasi Tanjung Elmo tetapi ia juga menggeluti pekerjaan yang sama dengan Via dan Nia yakni sebagai penyedia jasa kencan.

Berbeda dengan Nia dan Via yang menerima orderan di kos-kosan Ria lebih memilih untuk membuka orderan di hotel.

Malam itu dengan ramah dia membuka pintu tempat dia menginap di sebuah hotel di Kota Sentani. Kulitnya putih, rambutnya sekira sejengkal di bawah bahu. 

Ria adalah satu dari sekian banyak Pramuria yang memilih bertransaksi dengan pria hidung belang di hotel.

Pegawai hotelpun pastinya tidak mengira bila ia pekerja seks komersial (PSK). Penampilannya seperti lazimnya tamu pada umumnya.

Saat disambangi Paraparatv.id di kamar hotel itu, ia memakai tanktop putih, dipadu dengan hotpants. Dari mulutnya meluncur cerita bahwa sudah tiga malam dia menginap di sana.

Paraparatv.id berhasil menemui Ria lewat aplikasi chatting berbasis android yakni Michat. Di aplikasi itu secara nyata ia menuliskan status ‘open bo’, sebuah kode yang berarti bisa diorder untuk cinta semalam.

Tak cuma status yang terang-terangan itu, ia juga mengunggah beberapa foto vulgar. “Stay di sini,” tulisnya sebagai pelengkap bumbu penggoda pada foto itu.

“Saya kira tadi kakak tidak jadi datang. Soalnya banyak yang PHP,” ucap Ria sambil bersalaman dengan wartawan Parapratv.id yang terpaksa menyamar sebagai pelanggan.

Penyamaran ini saya lakukan karena sebelum ini tidak ada yang mau diajak bertemu untuk  wawancara terbuka.

Ria mengaku sekarang banyak orang yang PHP (pemberi harapan palsu). Calon tamu sudah janji akan datang setelah deal tarif kencan, tapi ditunggu malah tidak datang.

“Saya udah kenyang makan PHP, soalnya sudah terlalu” ucapnya, sambil merapikan sprei.

Dengan cekatan tangannya memindahkan beberapa barang dari atas springbed ke rak.

Tas warna merah, ponsel kecil dan sebuah handuk putih berpindah posisi.

Peraduan itu menjadi rapi.

Di kamar yang berada di lantai tiga itu akhirnya terungkap bagaimana modus baru para PSK yang menggaet tamunya melalui aplikasi di smartphone.

Mereka adalah para PSK via prostitusi online, sebab ordernya secara daring (online), dalam praktik prostitusi online. Dia bilang saat ini mereka lebih suka menunggu tamu di hotel berbintang.

Pertimbangan utama adalah faktor keamanan, dan yang selanjutnya adalah aspek prestise. Mereka merasa lebih berkelas beraksi di hotel berbintang daripada di kos-kosan.

Tarif hotel yang mahal mereka siasati dengan cara berbagi kamar sesama rekan seprofesi. Satu kamar bisa diisi dua hingga tiga orang PSK. Secara bergiliran tentu.

Siapa yang mendapat tamu maka dia yang memakai kamar. Temannya akan menunggu di luar, biasanya di lobi hotel. Temannya akan masuk lagi setelah tamu rekannya itu sudah meninggalkan kamar hotel.

Begitulah siklus kehidupan di kamar hotel itu mereka buat, supaya semua aksi mereka bisa berjalan lancar. Bagi mereka siklus seperti ini membuat untung semua pihak, termasuk tamunya.

“Tamu jadi lebih irit juga kan, soalnya dia gak perlu lagi booking kamar,” katanya.

Untuk tariff sekali kencan kata dia tarif terendah yang dipatoknya untuk kencan singkat adalah Rp 1.200.000. Pada saat menawarkan di awal kepada tamu yang ingin menggunakan jasanya, ia akan menyebut angka Rp 1.500.000.

“Biasanya tamu akan nawar. Tapi ada juga yang baik, gak nawar, langsung oke tarifnya segitu, ya tergantung permintaan juga kalau ada yang tidak mau pakai pengaman yam au tidak mau kita terima dari pada tidak dapat tamu sama sekali” terangnya.

Dia juga mengaku sudah menggeluti pekerjaan ini dalam waktu 2 tahun terakhir.

Sama seperti Nia dan Via untuk pemeriksaan kesehatan alat reproduksinya mereka melakukannya secara mandiri. “Biasanya sebulan sekali saya ke rumah sakit kak untuk periksa” pungkasnya. (***)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *