Paraparatv.id | Jayapura | Kini 9000 pelanggan PDAM Jayapura telah kembali dilayani setelah mengalami gangguan di transmisi utama jalur Kojabu Kotaraja Papua.
“Gangguan Pipa transmisi utama jalur Kojabu sudah tuntas perbaikkannya jam dua belas malam, kebetulan penangganannya membutuhkan waktu empat hari” ungkap Direktur Utama PDAM Jayapura Dr. H. Entis Sutisna, usai menghadiri upcara HUT ke-112 Kota Jayapura dilapangan Trisila Lantamal X Jayapura, Senin (7/3/2022)
Pihaknya memohon maaf atas ketidaknyamanan penghentian distribusi air yang dalam satu bulan ini mungkin sudah 3 kali terjadi kerusakan, tetapi semata mata karena faktor alam dan curah hujan yang tinggi, sehingga mengakibatkan pegunungan pegunungan yang di sekitar uncen dibawah rektorat mengalami erosi, yang pertama kena pipa, kedua pipa akhirnya menjadi tergerus dengan tanah yg labil seperti itu.
“Kebetulan jalur Kojabu merupakan jalur transmisi utama yang membentang dari Kampwolker hingga Pasir II, melayani 30% pelanggan PDAM Jayapura, yang terdampak memang cukup banyak ada sekitar 9000 selama empat hari ini tidak dapat distribusi air” terangnya.
Maka itulah yang pihaknya lakukan dengan seluruh kemampuan tukang ledeng tadi malam sudah tuntas dan hari ini tadi jam tujuh sudah bisa kita buka dan air sudah mengalir di reservoar yang berada di Skyland.
Menurut Entis, pihaknya merelokasi sekitar empat batang pipa, tetapi posisinya masih tetap di area hutan di Kotaraja. memang ini menjadi permasalahan mengapa jalur Kojabu sering terjadi gangguan.
Entis menambahkan sebagai dampak dari adanya kerusakan di sekitar pegunungan yang berada dijalan alternatif, karena ternyata disana pohon pohon yang untuk penyangga pipa transmisi utama yang 450 mm ini ataupun yang 500 mm antara 18 sampai 20 inci ini tanah mengalami pergeseran, pergerakan akibat memang adanya kegiatan kegiatan masyarakat yang disana.
“Memang ini menjadi dilema juga untuk PDAM disisi lain upaya strategis jangka panjang harus dilakukan relokasi, namun ini membutuhkan dana yg cukup tinggi maka upaya yang kita lakukan adalah bagimana mengamankan menggunakan penyangga penyangga yang berapa berada di lintasan dijalan alternatif seperti itu” ungkap Entis.
Harapannya kepada warga yaitu kalau dilihat dari kondisi dilapangan memang membutuhkan keterpaduan dari seluruh stakeholder, yang pertama sudah tentu dari pemerintah daerah, dari legislatif juga perlu ada penegakan peraturan peraturan perda maupun peraturab lain yang bisa menindak masyarakat yang melakukan pengerusakan pengerusakan diarea, baik itu disumber air maupun di area jalur pipa. (SIL/SRI)