Paraparatv.id | Jayapura | Papua dan Papua Barat masih menjadi penyumbang Malaria tertinggi di Indonesia. Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki) berkomitmen dalam percepatan eliminasi Malaria di tahun 2028 dapat menurunkan angka tersebut.
“Saya kira pemerintah juga sudah optimis untuk percepatan eliminasi, Perdhaki juga punya komitmen, secara khusus dalam menyambut PON Papua jadi ada banyak komitmen yang dibangun,” Ard Dalo sebagai fasilitator Perdhaki dalam kegiatan pelatihan vokasi bagi sejumlah kader di Wilayah Keuskupan Jayapura I, yakni Kabupaten Keerom, Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura pada salah satu hotel berbintang di Kota Jayapura, Selasa (20/4/2021).
Ia menjelaskan, permasalahan Malaria ingin dilakukan dengan menggerakan masyarakat dan pendekatan pemberdayaan. “Teman-teman ini dilatih untuk menggerakan masyarakat dan terlibat dalam semua permasalahan Malaria, sehingga tidak hanya menjadi urusan orang kesehatan, Puskesmas dan Dinkes,” di jelaskannya.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat, kata Dalo, perdhaki juga melakukan pendekatan dalam membangun komunikasi yang efektif untuk menciptakan perubahan perilaku dan perubahan di lingkungan masyarakat serta harus ada gerakan yang terbangun dari tingkat kampung, distrik hingga kabupaten.
“Karena ada proses advokasi ditambah dukungan Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh Agama hingga Pemkab yang berbicara mengenai kebijakan dan dukungan,” kata Dalo.

Sementara itu Irma Plautilda Reyaan selaku Program Manager SR. Perdhaki Wilayah Jayapura I (satu) mengaku materi yang diberikan pada kader banyak tentang Malaria,dimana ketika kader kembali ke lapangan dapat bekerja dalam menurunkan API atau angka Malaria. Dalam program kerja ini, kata Irma, Perdhaki selalu mendukung Kementrian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
“Tujuan kami dalam proses kerja untuk membantu Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua untuk menurunkan angka Malaria di tahun 2028. Target dari pelatihan vokasi ini adalah angka kesakitan Malaria di Puskesmas, terlebih dari kampung masing-masing kader dapat berkurang”, kata Irma.
Pelatihan ini di lakukan secara bertahap bagi Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), Field Fasilitator (FF) dan Civil Society Organization (CSO), selama 4 (empat) hari sejak Senin 19 April hingga 23 April 2021. Panitia akan menggembleng peserta pelatihan untuk mengembangkan kapasitas sebagai tenaga lapangan dalam memerangi penyakit Malaria. (Kris)