Paraparatv.id |Sentani| Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua pamerkan beragam hasil karya mahasiswanya dalam perhelatan Festival Danau Sentani (FDS) yang diselenggarakan di Pantai Khalkote, Distrik Sentani Timur dalam beberapa hari kedepan.
Dalam pesta budaya tahunan itu, ISBI Tanah Papua bukan hanya memamerkan beragam hasil karya mahasiswanya, namun juga memberikan edukasi kepada masyarakat luas untuk menjaga dan merawat nilai-nilai budaya yang ada di Tanah Papua.
Salah satunya adalah menampilkan cara pembuatan Tifa yang merupakan alat musik tradisional masyarakat Papua yang berdomisili di wilayah pesisir pantai.
Alfred Michel Mofu, Dosen Program Seni Musik mengungkapkan, pada jaman dahulu pengrajin Tifa tidak sembarang dalam memilih kayu yang akan dijadikan bahan baku dari alat musik tersebut.
Kata Mofu, kayu yang sering digunakan untuk pembuatan alat musik tradisional itu adalah kayu Matoa.
Namun setelah adanya perkembangan jaman penggunaan Kayu Matoa sebaga bahan baku pembuatan Tifa saat ini sudah berkurang.
Meski begitu, untuk mengikuti dan menampilkan yang terbaik dalam pelaksanaan FDS pihaknya berusaha untuk mendapatkan bahan baku Kayu Matoa yang saat ini cukup sulit didapatkan.
“Kami di ISBI Tanah Papua ada mata kuliah organologi. Itu outputnya agar mahasiswa dapat membuat instrumen tradisional khas Papua” Kata Mofu.
Dikatakannya, ada empat klasifikasi instrumen musik tradisional di Papua, dari yang berdawai hingga bermembran.
“Terakhir ini mereka buat tifa dan itu merupakan tuntutan dari mata kuliah organologi juga.” tambahnya.
Selain menunjukan bagaimana cara mebuat Tifa, ISBI Tanah Papua juga memamerkan beragam karya visual yang berhasil di buat oleh seluruh mahasiswanya.
Salah satunya adalah dari Prodi Desain Komunikasi Visual. Stan tempat ISBI Tanah Papua memamerkan hasil karya mahasiswanya itu dipenuhi dengan beragam lukisan tangan dan desain digital.
Ditempat yang sama, Dosen Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV), Tindia Febriyati mengatakan bahwa ISBI Papua hadir untuk melestarikan budaya di Papua terkhusus untuk para pemuda saat ini.
“Kami ingin menunjukan bahwa saat ini di Papua sudah ada kampus seni dan budaya dan tidak perlu jauh-jauh ke luar Papua untuk mempelajari seni budaya yang ada di Tanah Papua itu sendiri” singkatnya.
Sementara dari Prodi Kriya Seni, Nathalia Dwijayanti dosen dari Prodi itu mengungkapkan bahwa masih banyak karya seni mahasiswanya yang belum di bawa dan di pamerkan di FDS ke 14 ini.
Nathalia mengatakan, ada dua kejuruan di ISBI Tanah Papua, kejuruan itu adalah Pertunjukan dan Seni Rupa.
“Dan seni rupa itu salah satunya ada Kriya ini. ISBI adalah satu-satunya kampus seni yang ada di Papua makanya, kami hadir di FDS ini untuk berkomunikasi dan sosialisasi bahwa Kampus Seni juga ada di Papua” ucapnya.
Dia juga menambahkan, hasil karya yang dibuat seluruh mahasiswanya ini dapat dijual dan dilelang ke pasar lelang.
Dan lebih jauh dikatakannya, lulusan dari ISBI Tanah Papua punya kesempatan lebih besar untuk meraih kesuksesan dari bidang seni budaya. (Arie)