Example floating
Example floating
Sosial Budaya

Membangun Rumah Tangga dalam Filosofi Sagu

1040
×

Membangun Rumah Tangga dalam Filosofi Sagu

Sebarkan artikel ini
Pasangan calon pengantin yang diwajibkan untuk menanam pohon sagu.
Example 468x60

Catatan : Ari Bagus Poernomo

TOTAL enam pasangan calon suami istri anggota Polres Jayapura mengikuti Sidang Badan Pembantu Penasihat Perkawinan Perceraian dan Rujuk yang dilaksanakan di Kampung Sereh, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Rabu (27/09).

Ada yang tidak biasa dalam sidang pernikahan anggota Polri yang dilaksanakan di alam terbuka itu.

Hal yang tak biasa itu adalah, pasangan yang hendak menikah diwajibkan untuk menanam pohon sagu.

Pohon sagu sendiri merupakan tanaman yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat adat Papua, khususnya masyarakat adat Sentani, Kabupaten Jayapura.

Karena sari dari pohon sagu dapat dijadikan bahan makanan pokok bagi keluarga.

Selain itu, masyarakat adat Papua pada jaman dahulu kala menggunakan daun sagu sebagai atap rumah dan kulitnya kerap dipakai sebagai dinding rumah tempat untuk bernaung.

Bagi masyarakat Papua, Pohon Sagu sendiri memiliki banyak nilai filosofis yang cukup tinggi.

Salah satunya patut untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan berumahtangga.

Kapolres Jayapura, AKBP Frederikus Maclarimboen ditemui usai sidang pernikahan anggotanya itu menyebut, ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman hidup bagi setiap masyarakat dari pohon sagu.

“Yang pertama adalah sagu adalah perekat. Kita lihat dari jarak penanaman pohon sagu harus memiliki jarak minimal 10 meter, tujuannya adalah agar bibit baru itu bisa tumbuh di sekitar inangnya” kata Kapolres.

Sehingga dari pohon sagu yang telah ditanam ini sekiranya dapat menghasilkan bibit unggul yang dapat membangun daerah menjadi lebih baik dalam berbagai sektor.

Hal yang kedua adalah, keluarga yang baru terbentuk dapat menjadi contoh bagi seluruh masyarakat yang ada disekitarnya.

“Karena sagu sendiri dikenal sebagai penyedia air, artinya dia (Pohon Sagu) tidak meresap tetap sebagai penyedia air dan bisa menghidupkan tanaman lain yang ada disekitarnya” ucapnya.

“Yang ketiga, Sagu itu dia tumbuh lurus. Tentunya dengan tekad yang lurus dan komitmen yang lurus dalam berumahtangga bisa belajar daripada sagu” tambahnya.

Selain dijadikan pedoman dalam hidup berumahtangga, program penanaman pohon sagu yang tengah dilakukan oleh Polres Jayapura ini bertujuan untuk melestarikan dan reboisasi lingkungan.

Program ini juga dilakukan untuk mengkampanyekan betapa pentingnya alam bagi seluruh mahluk hidup.

Adapun mengajak masyarakat untuk kembali ke alam dalam melakukan segala aktifitas.

“Dari sini kita juga bisa membantu mempromosikan dusun sagu yang saat ini telah diubah menjadi tempat pariwisata baik secara swadaya oleh masyarakat ataupun oleh pemerintah” tukas Kapolres.

Ditempat yang sama, Wakapolres Jayapura, Kompol Joni Samonsabra mengungkap bahwa program ini barulah dilaksanakan di Polres Jayapura saja.

Diapun berharap sekiranya hal ini dapat dicontoh oleh seluruh Polres jajaran yang ada di Polda Papua.

“Karena memilik dampak yang baik bagi lingkungan” singkatnya.

Sementara itu, dr. Riando Firmansyah Sapoan pria yang hendak mempersunting seorang Polwan memberikan aprsiasi tertinggi kepada Kapolres Jayapura yang telah mengajak dirinya bersama calon istrinya untuk kembali ke alam.

Menurutnya dengan kembali ke alam, seluruh pasangan yang baru saja mengikuti sidang perkawinan juga telah turut membantu mengembalikan hutan sagu yang telah rusak.

Kata dia maksud dan tujuan program ini sangat baik yaitu, agar kelak anak cucunya dapat tau hutan sagu itu seperti apa.

“Untuk Filosofi sagu, kita tau sendiri proses pertumbuhannya itu panjang atau lama. Diharapkan kedepan kita sebagai suami istri bisa menjalani kehidupan rumah tangga yang langgeng hingga maut memisahkan” singkatnya.

Kultural masyarakat adat papua memang berbeda satu dengan yang
lainnya, namun sebenarnya memiliki kesamaan nilai-nilai sosial budaya ( sifat dan sikap dasar ) .

Salah satu representasi dari budaya masyarakat ( kearifan lokal )
Papua yaitu pohon sagu. Sifat dan sikap dasar manusia salah satunya dipengaruhi oleh jenis makanan utama yang dikonsumsi.

Bagi orang Papua sagu adalah makanan pokok dan khas yang sudah turun –
temurun dari nenek moyang sejak mengenal dunia cocoko tanam.

Perlu diketahui bahwa tanaman sagu merupakan tanaman ” one for all” yang artinya punya banyak kegunaaan multifungsi yang sangat pro dengan kehidupan masyarakat dan pro – sustainable development ( ecologycal sector ).

Sagu juga merupakan tanaman atau pepohonan yang berperan dan berfungsi
penting karena kemampuannya dalam menyerap polusi gas dan mengurangi
pemanasan global.

Pohon sagu memiliki makna filosofis yaitu “ Di luar berduri, di dalam berseri “ . Sagu telah merekatkan orang Papua dalam. (***)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *