Paraparatv.id | Jayapura | Guna Memperingati Kebebasan Pers se dunia pada tanggal 3 Mei, AJI Kota Jayapura gelar Diskusi Publik dengan tema Perlindungan terhadap jurnalis dari kekerasan fisik dan serangan digital guna mewujudkan kebebasan pers di Papua.
Dari catatan Aji Kota Jayapura kasus kekerasan terhadap wartawan cukup tinggi. sejak tahun 2006 hingga 2016 kekerasan terhadap wartawan sebanyak 28 kasus. sementara pada tahun 2017 tercatat sebanyak 8 kasus kekerasan dan di tahun 2018 terdapat 2 kasus yang menonjol. Salah satunya adalah pengusiran jurnalis BBC, Rebecca Henschke saat meliput kasus gizi buruk disertai campak yang menyebabkan 72 anak meninggal dunia di Asmat.
Sedangkan di tahun 2019 hingga 2022 masih terjadi kasus kekerasan dan intimidasi bagi wartawan di Papua, diantaranya kasus intimidasi non fisik dan non fisik termasuk kekerasan digital yang menonjol, misalnya kasus doxxing yang dialami jurnalis Tabloid Jubi, Viktor Mambor pada Agustus 2019 lalu, dan doxxing terhadap Pimpred suarapapua.com pemblokiran media suarapapua.com dan pengambilalihan akun lainnya.
Ketua AJI Kota Jayapura Lucky Ireeuw dalam sambutannya mengatakan ditengah persoalan, konflik, ekonomi dan budaya di era otonomi khusus berbagai polemik muncul dalam peliputan para wartawan sehari hari. Oleh karenanya untuk melindungi hal tersebut pihak gelar diskusi terbuka agar kebebasan pers di Papua dalam terlaksana dengan maksimal.
” Memperingati Hari Kebebasan Pers sedunia yang jatuh pada 3 Mei kami gelar diskusi dengan harapan diskusi ini dapat membangun komitmen bersama semua pihak guna memberikan perlindungan bagi jurnalis di Papua ” Ungkap Lucky Ireeuw.
Nilai indeks Kemedekaan Pers di Papua berkisar 66,87 dan Papua berada di rangking 33 dari 34 Provinsi di Indonesia.
Pihaknya beharap dengan dukungan dan komitmen semua pihak baik Pemerintah, Aparat Keamanan TNI dan polri, Para Penegak Hukum, NGO, Lembaga Non Pemerintah, Insan Pers, Organisasi Pers dan Masyarakat luas dapat mewujudkan kebebasan Pers yang lebih baik di Papua. (GR)
