Paraparatv.id | Jayapura | Menanti hujan tak kunjung berhenti, aroma kopi pun tak kunjung hilang. Inilah yang dapat anda rasakan saat berada di kafe Baku Dapa terletak di kompleks Universitas Yayasan Pendidikan Islam (Uniyap), Jayapura Utara.
Waktu menunjukkan pukul 18:16 waktu Papua, lembutnya angin menyentuh kulit barista bernama Fardiansyah yang tengah sibuk meracik kopi buat pembeli.
Silih berganti pembeli datang dan pergi dari kafe tersebut. Tak terasa, si Fardi sapaan gaulnya telah meracik kopi lebih dari 30 paket kopi telah diraciknya.
Mesin grinder berbunyi menandai Ferdi sedang menghaluskan biji kopi asal Enrekang, Sulawesi Selatan. Alat temper dipegangnya dengan gaya khas barista pada umumnya.
Tanpa ragu pria berambut halus dan lentur itu membuat ekspreso tuk meracik kopi khas Baku Dapa pesanan andalan setiap pengunjung di kafe yang memiliki alunan suara knalpot mobil dan motor setiap detiknya.
“Tadi saya buka kafe sekitar jam setengah dua, setelah sholat jumat. Biasanya sih kafe buka jam sepuluh pagi sampai jam sepuluh malam” kata barista dengan ilmu racik otodidak itu, Jumat (5/11/2021).
Telepon genggam Fardi berbunyi, tanda orderan kopi masuk. Pria mengenakan celana puntung levis itu berbegas menyelesaikan orderan sebelumnya tuk melanjutkan orderan berikutnya.
Terdapat papan kecil plastik mika diatas meja kasir, berlogo GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) dan bertuliskan Qris (QR Code Standar) sebagai aplimasi milik Bank Indonesia dengan gambar kode digital Barcode, menandakan pembayaran elektronik di usaha kafe Saldi Yusuf telah terdaftar pada salah satu bank di ibukota provinsi Papua.
“Disini harganya sangat terjangkau bagi mahasiswa, kan dekat sekali dengan Uniyap, jadi memang kami tawarkan harga spesial mahasiswa,” ujar pria berkumis tipis.
Tak terasa, semua orderan telah dibuat olehnya. Sembari melepas kesibukan, segumpalan asap keluar dari mulutnya yang doyan mengisap rokok elektrik ditemani secangkir kopi pahit kegemaran pria mulit sawo matang itu.
Disudut kafe terlihat dua pemuda berbadan biasa tengah ngobrol, terdengar logat Papua yang kental. Menikmati kopi yang telah disuguhkan sejam lalu, dua pemuda ini pun berdiri dan mengucapkan terima kasih kepada sang barista.
“Kaka, makasih ya. Kopinya enak dan murah. Tong senang dengan rasanya, tong gas ke mandala dolo e kaks, mau nonton pembukaan Peparnas jadi,” kata Diles yang juga penggemar kopi.
Nikmatilah hidup anda dengan secangkir kopi, kepahitannya bukan mengusir anda tuk menolak swcangkir kopi buatan Ferdi, melainkan rasa Enrekang itulah membuat anda akan kembali lagi tuk menikmati jamuannya. (ITH)